Minggu, 29 April 2012

Investasi dalam Real Asset dan Financial Asset



I.            Pengertian Real Asset dan Financila Asset
Investasi merupakan penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik melalui sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura  yang lebih berorientasi ke risiko, yang dirancang untuk mendapatkan perolehan modal (Downes dan Goodman dalam Warsono, 2001;1). Sedangkan menurut (Halim, 2005:4) investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang
Investasi pada umumnya dapat digolongkan menjadi dua bentuk yaitu, real asset dan financial asset. Real asset secara umum melibatkan asset berwujud seperti tanah, bangunan, dan mesin. Sedangkan financial asset adalah investasi berupa valas, deposito berjangka, saham dan obligasi yang diperdagangkan di pasar uang maupun pasar modal.”
Dari pengertian tersebut dapat diambil arti bahwa investasi dibagi menjadi:
1.     Real asset investment adalah komitmen mengikatkan aset pada sektor real. Seperti diketahui, istilah sektor real sering digunakan untuk menunjukkan sektor diluar keuangan, seperti perdagangan, industri, pertanian dan lain sebagainya. Dengan demikian, investasi pada sektor real adalah komitmen mengikatkan aset di luar sektor keuangan. Sebagai contoh dari real asset investment, misalnya membeli ruko untuk berdagang tekstil atau barang lainnya, membangun pabrik, membeli apartemen kemudian disewakan, membeli lukisan untuk dijual kembali dan masih banyak lagi.

2.     Financial Asset Investment (investasi disektor keuangan) atau sering juga disebut portfolio investment (investasi portofolio) adalah komitmen untuk mengikatkan aset pada surat-surat berharga (securities), yang diterbitkan oleh penerbitnya. Penerbit surat berharga ini beragam,mulai dari individu, perusahaan hingga pemerintah. Demikian pula dengan jenisnya, sangat beragam, mulai dari yang sederhana seperti utang piutang antar pribadi hingga produk derivative (turunan) yang rumit, seperti future. Sebagai contoh investasi pada sektor keuangan ini, misalnya, kita menabung uang di bank, membeli saham, obligasi atau reksadana.

Dalam financial asset, keuntungan yang diperoleh cenderung tidak stabil bahkan jika jika kurang mengetahui kondisi pasar akan menyebabkan kerugian bagi investor. Tetapi kondisi inilah yang menjadi daya pikat bagi investor. Resiko yang besar dengan dibarengi dengan kemungkinan keuntungan yang besar menarik banyak minat. Jika investor ingin meninvestasikan uangnya dalam finance asset umumnya investor masuk dalam pasar uang atau pasar modal
II.         Ciri – Ciri Real Asset dan Financial Asset
Ciri-ciri investasi di sektor real ini adalah perantara tidak mutlak. diperlukan dan informasi bisa didapat secara langsung dari lapangan, karena obyek investasinya bisa dilihat secara nyata, misalnya mutu bangunan ruko yang kita beli, dapat kita lihat langsung dari tampilan bangunan-bahan bangunannya baik, warnanya cocok, ukurannya tepat dan lain sebagainya.

Selain memiliki ciri-ciri tersebut, investasi keuangan juga lebih banyak melibatkan Profesi, yang untuk bisa menyandang profesi tersebut diperlukan ujian standar profesi. Ini sangat wajar, karena bisnis di industri keuangan ini lebih mengandalkan kepercayaan, sehingga untuk melegitimasi kepercayaan tersebut diperlukan standar tertentu.

Kepercayaan ,menjadi sangat penting karena “komoditi” yang menjadi obyek transaksi adalah "barang" tak berwujud, yaitu hanya berupa kertas yang memuat pernyataan bahwa pemilik kertas tersebut memiliki hak tagih/bayar kepada penerbitnya. Bahkan dalam sistem perdagangan tanpa warkat (scriptless trading), atas saham-saham di BEJ (Bursa Efek Jakarta) investor sudah tidak lagi melihat wujud saham secara fisik, melainkan hanya laporan perusahaan pialang mengenai perubahan jumlah saham dan nilainya, tak ubahnya seperti kita menerima laporan rekening koran dari bank setiap bulan
 
III.             Proses Investasi
Proses investasi menjelaskan bagaimana sebaiknya seoranginvestor melakukan investasi dalam sekuritas dengan membuat keputusanmengenai jenis sekuritas yang akan dipilih, berapa besar dan kapaninvestasi tersebut akan dilakukan. Menurut Suad Husnan (1993: 23)terdapat lima langkah yang mendasari pengambilan keputusan dalaminvestasi, yaitu :

1.      menentukan kebijakan investasi
2.      analisis sekuritas
3.      pembentukan portofolio
4.      revisi portofolio
5.      evaluasi kinerja portofolio. 

IV.              Resiko Investasi
Dalam melakukan investasi saham, investor akan memperkirakantingkat penghasilan yang diharapkan (expected return) atas investasinyauntuk perioda tertentu dimasa yang akan datang. Akan tetapi belum tentu hasil yang diharapkan akan sama dengan hasil yang terealisasi hal inidisebabkan adanya suatu ketidakpastian yang oleh investor dianggap sebagai risiko investasi. Dalam kaitannya dengan investasi, terdapat dua tipe risiko yang harus diperhatikan oleh investor yaitu :

a.       Risiko Sistematik  (systematic risk)
 Risiko sistematik atau sering disebut juga market risk  adalahbagian dari risiko sekuritas yang tidak dapat dihilangkan. Umumnyarisiko ini berasal dari faktor-faktor yang secara sistematik mempengaruhi perusahaan, seperti perang, inflasi, resesi seperti yangterjadi akhir-akhir ini, dan suku bunga yang tinggi. Karena faktor-faktor ini cenderung menimbulkan akibat buruk bagi semua saham,maka risiko ini tidak dapat dieleminasi melalui diversifikasi (nondiversifiable risk). Risiko sistematis ini dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu:

1.      Risiko Suku Bunga
Risiko suku bunga merupakan risiko yang timbul dari ketidakpastian dari nilai pasar dan imbal hasil dimasa depan yangdiakibatkan oleh fluktuasi suku bunga, harga surat berharga, atau pergerakan harga saham yang berkebalikan dengan suku bunga pasar.

2.      Risiko Daya BeliRisiko daya beli adalah ketidakpastian mengenai daya belidari penghasilan yang akan diterima di masa yang akan datangsebagai tingkat pengembalian dari suatu investasi. Risiko iniumumnya dikenal sebagai dampak dari inflasi dan deflasi darisuatu investasi. Inflasi adalah kondisi di mana terjadi peningkatanharga tinggi menyebabkan daya beli konsumen menurun,sedangkan deflasi merupakan kondisi yang berbeda seperti dariinflasi, yang merupakan koreksi dari harga tinggi.

3.      Risiko PasarRisiko pasar adalah ketidakpastian terhadap harga sahamyang disebabkan oleh antisipasi masyarakat terhadap tingkatpengembalian dari investasi. Perubahan perilaku masyarakat terhadap return saham dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,misalnya iklim politik, sosial budaya, ekonomi, dan juga olehfaktor intangible, yang biasanya terkait dengan psikologi pasar.Risiko pasar ini biasanya disebabkan oleh reaksi masyarakat(semua investor) menuju kejadian yang sebenarnya, misalnyapenurunan laba perusahaan,  panic selling sehingga menyebabkanpara investor menjual sahamnya, yang akan menyebabkan koreksiterhadap harga saham

b.      Risiko Tidak Sistematik
Risiko tidak sistematik adalah risiko yang dapat dihilangkandengan menambah jumlah saham yang dimiliki. Risiko inibersangkutan dengan risiko khusus perusahaan seperti gugatan hukum,pemogokan, program pemasaran yang gagal dan kejadian-kejadian lainyang unik bagi perusahaan tertentu. Karena kejadian tersebut padahakikatnya adalah bersifat acak, maka pengaruhnya terhadap portofolio dapat dieleminasi melalui diversifikasi (diversifiable risk)

0 komentar:

Posting Komentar